Belakangan setelah adanya pembatasan skala besar-besaran tak banyak hal yang bisa dilakukan. Segala hal dilakukan melalui jarak jauh. Entah itu belajar, bekerja bahkan bercengkrama dengan orang lain kita dituntut untuk memprioritaskan kesehatan dan keselamatan diri. Jadi, tak benar-benar dianjurkan perjumpaan secara ofline.
Beberapa orang yang memiliki aktivitas sosial tinggi terkadang merasa kesulitan. Bayangkan saja kamu yang biasanya melakukan aktivitas olahraga di taman kota, gelanggang atau bahkan gym harus menunda waktu kunjungan sedemikian rupa agar tak memperparah sebaran covid-19.
Begitupun saya. Saya yang merupakan pekerja swasta. Juga agaknya ikut terkena dampak, mengingat jikalau aktivitas keseharian saya adalah sosial secara fisik.
Setiap sore saya biasa mendapatkan undangan sekedar kongkow atau ikut aktivitas kolektif seperti bermain futsal. Namun, beberapa bulan belakangan. Tampaknya agak tidak mungkin bagi saya melakukan aktivitas itu.
Pertama, saya bukan orang yang mau mengambil resiko memperburuk keadaan.
Kedua, saya adalah orang yang mawas diri. Meski, beberapa orang berpendapat jikalau isu covid-19 adalah konspirasi skala besar-besaran untuk menipu orang. Saya memilih untuk mempercayai bahwa pandemik ini memang benar adanya.
Belakangan setelah hal tersebut saya menjadi sedikit kurang sosiable. Hanya melakukan aktivitas sosial melalui pembicaraan di telepon genggam atau menggunakan aplikasi sosial media sepeti WA.
Ini cukup merubah pola pergaulan dan hidup saya. Saya jadi memiliki waktu senggang yang berlebihan. Jadi, setelah saya pikir-pikir saya perlu cara mengisi waktu luang ketimbang hanya bersosial via media sosial dan membangun relasi dengan orang lain.
Akhirnya saya putuskan untuk melakukan aktivitas baca. Lebih tepatnya bukan hanya melakukan aktivitas baca, memperbanyak aktivitas baca.
Yap, itulah yang saya maksudkan. Sebelumnya saya cukup tertarik untuk membaca beberapa buku dan artikel ilmiah di internet. Dengan kata lain telah ada ketertarikan sebelumnya pada dunia literasi alias baca dan tulis.
Namun, karena aktivitas pekerjaan yang membutuhkan waktu dan tenaga lebih, saya tidak benar-benar bisa maksimal melakukan hobi baca saya tadi. Lalu akhirnya saya memutuskan untuk menambah jumlah alias kuantitas dari buku atau artikel yang akan saya baca.
Pada awalnya, saya yang memang terbiasa membaca dua atau tiga buku dengan tema-tema terbatas seperti filsafat, sejarah dan politik. Mulai berinisiatif memasukkan buku dan artikel dengan tema pengembangan diri.
Saya mulai menyisihkan pendapatan saya sebagai seorang salaryman untuk membeli buku-buku self development atau pengembangan diri. Saya juga membeli buku itu setelah menemukan beberapa buku bagus yang direkomendasikan oleh orang lain via media sosial.
Pada awalnya saya mendapatkan buku self development yang agak membosankan. Buku itu tebalnya lebih dari dua ratus halaman dengan kualitas kertas dibawah kata bagus. Memiliki beberapa kecacatan dalam tampilannya. Awalnya saya kecewa, tetapi setelah saya pikir-pikir lagi itu wajar dengan harga jual yang miring. Kebetulan saat itu saya beli via situs belanja online terbesar di Indonesia.
Dalam pikiran "it's ok, i will read this book." Seperti yang saya kira, buku itu sepenuhnya buruk. Bukan hanya tampilannya melainkan juga isinya. Saya tidak tahu bagaimana bisa sebuah buku dengan kualitas dibawah rata-rata ekspektasi saya mendapatkan sebuah tawaran dari perusahaan penerbit nasional. Saya pikir mereka perlu melakukan seleksi yang jelas untuk apa yang mereka terbitkan.
Karena merasa kecewa dengan buku tadi. Bukannya malah negatif thinking, saya justeru mencari buku pengembangan diri lain lagi pada bulan berikutnya.
Puji Tuhan, buku yang saya beli lebih baik ketimbang buku yang saya beli sebelumnya. Buku itu berjudul " How to win friends and influence people." Karya Dale Carnegie.
Buku ini memiliki pola doktrin yang menarik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saya. Setelah menyelesaikan dan mengulangi untuk membaca isi buku tadi. Saya akhirnya memutuskan untuk membeli lebih banyak buku sejenisnya.
Hingga tanpa saya sadari kalau koleksi buku saya lebih dari yang saya kira. Sebelum akhir tahun 2020. Saya telah mengumpulkan dua puluh buku. Yang tidak dapat diperkirakan oleh saya sendiri, saya telah dengan tanpa sengaja mengumpulkan dua belas buku pengembangan diri. Itu diluar kebiasaan saya sebenernya. Mengingat pola baca saya yang hanya memberikan waktu satu buku untuk satu bulan berubah menjadi lima buku hanya dalam satu bulan. Hebatnya lagi, saya menyelesaikan pekerjaan membaca saya tadi dengan tanpa melewatkan satu buku.
Terkadang kita berpikir bahwa aktivitas seperti membaca dan menulis adalah aktivitas yang membosankan. Sebenernya saya juga percaya itu, tetapi dulu sih. Sekarang saya tidak percaya lagi.
Buku itu menarik. Itu yang saya percaya sekarang. Buku mungkin mulai ditinggalkan setelah revolusi industri 4.0. Namun, membaca buku-buku adalah aktivitas menarik ketimbang membaca artikel dan buku versi softcopy.
1. Dengan membaca buku saya bisa mensuport penulis mendapatkan royalti dari setiap buku cetakan penerbit yang terjual. Sehingga, tak jarang buku-buku populer dan bagus menaikkan nilai ekonomi dan sosial seorang penulis. Kalian mungkin kurang percaya tapi JK. Rowling salah satunya.
2. Dengan membaca buku kita lebih bisa memanajemen waktu baca. Kita bisa beristirahat dan mengelola waktu untuk merawat buku agar tidak lapuk, tercoret atau bahkan dijadikan makanan oleh rayap.
3. Dengan membaca buku kita bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lebih baik dengan orang-orang disekitar. Beberapa buku self development yang saya beli, cukup membantu saya berkomunikasi dan memulai hubungan sosial dengan orang lain yang sebelumnya saya merasa asing.
4. Dengan membaca buku wawasan saya menjadi bertambah. Buku dalam versi cetak lebih memiliki banyak konten didalamnya ketimbang rangkuman artikel yang memuat hanya sari-sari buku karya penulisnya.
5. Membaca buku bisa mengurangi resiko penyakit mata. Bagaimana bisa? Eits itu sederhana, membaca buku lebih baik ketimbang membaca via ponsel dan personal komputer.
6. Membaca buku akan membuka lapangan pekerjaan. Ketika kamu membaca buku kamu akan membuka kesempatan bagi kurir, pekerja di penerbit, editor dan penulis untuk mendapatkan penghasilan.
Demikian pengalaman saya tentang "Kenapa kamu harus membaca buku versi cetak dan bukan buku dan artikel versi online?''
Lalu, apakah kalian sekarang menyimpulkan saya membenci membaca buku atau artikel versi online?
Jawabannya : Tidak.
Versi online adalah versi yang sama-sama baik.
Namun, jika kamu memang ingin menjadikan buku sesuatu yang nantinya akan dibaca lagi dan dijadikan koleksi atau kenang-kenangan seperti saya.
Buku adalah pilihan terbaik. Sedangkan versi online, tak akan bisa kamu miliki secara materil dalam artiaannya kamu tidak memiliki secara fisik, kamu hanya memiliki itu dalam rupa ide dan gagasan saja. Suatu saat kamu akan lupa.